Duka di awal tahun
11.51.00Langit masih sama. Cerah berwarna biru muda dan angin semilir menyejukkan.
Semua orang berlalu-lalang, melakukan aktivitas sehari-hari seperti umumnya.
Anak-anak berangkat sekolah, guru-guru bersiap untuk mengajar, akuntan bersiap menemui kliennya, polisi siap-siap untuk berjaga jalan, begitu pun tukang becak siap untuk mencari pelanggan.
Begitu pun saya.
Yaa saya masih galau dengan IPK semester waktu itu. Ketika matkul Bahas inggris keluar namun mendapat nilai B karena ada kuis yang belum dimasukkan. Pagi itu kegupuhan saya dimulai, ketika harus menanyakan nomor ponsel dosen pjmk dan mengklarifikasi bahwa saya sudah menyelesaikan kuis namun nilai belum diinput.Hingga beberapa jam tak jua dibalas, saya menelponnya.
Pukul 09.00,saya diperintahkan untuk mengirimkan sebuah email tentang nilai saya. Ketika telah mengirim email, saya pun menunggu cyber dan melihat apakah nilai saya berubah atau tidak.Lantas masih belum berubah. Suntuk dan mengantuk, akhirnya saya tertidur.
Pukul 11.00 masih seperti biasa, tidak ada kejanggalan.
Ibu saya datang ke rumah dan memanggil saya, untuk membantu dia membawakan beras yang akan ditukar dengan merk yang lain. Khawatir karena letaknya imbang sebelah, saya memberi saran kepada ibu saya agar berhati-hati di jalan.... Dia menanyakan apakah nilai saya sudah benar atau tidak. Saya jawab belum dan beliau menyuruh saya menunggu di rumah saja.
Pukul 11.30, dosen saya tak kunjung membalas. Namun matkul lain telah terisi seperti Agama Islam dan Sosiologi. Lalu, khawatir mulai ada takut email saya tidak masuk. Jam segini, saya masih merasa normal dan tidak ada apa-apa
5 menit berlalu..................
kemudian ayah saya datang dan langsung membuka pagar dengan sangat keras dan berteriak.
"ANNY ICAA dulien mandih,OM AAKen adek omor" (Anny Icaa cepatan mandi, om aaknya sudah meninggal dunia"
awalnya saya tidak mendengar apa yang ayah saya katakan, saya takut ibu saya kenapa-kenapa waktu itu.
Kemudian kakak saya berlari kepada saya dan mengatakan bahwa om saya sudah meninggal dunia.Sontak saya langsung kaget, om saya tergolong masih muda dan tidak mempunyai riwayat sakit parah.
Saya kaget, panik, dan bingung. Ibuk saya kemudian menelpon dan mengatakan hal inijuga, ibuk saya menangis tersedu-sedu karena tidak menyangka adiknya akan meninggal secepat ini. Yang saya khawatirkan adalah ibuk saya pingsan atau jantung. Saya segera bersia-siap menuju rumah almarhum dan bertujuan untuk menenangkan ibu saya.
Saya masih mengira itu hanya hoax,atau masih sakit beliau di rumah sakit masih ditangani dokter.
Namun, semuanya ternyata hanya pikiran saya.
13.00
tepat dihadapan saya, jenazah itu ada. Beliau ditutup oleh kain.. dan saya melihatnya. Tak kuasa menahan kesedihan, pecahlah air mata sayaaa. Ya Allah sungguh benar dan cepat keputusanmu, tak ada angin tak ada api, tak ada kabar, tak ada tanda-tanda, namun engkau mencabut nyawanya.
Saya langsung masuk ke dalam menemui sepupu saya yang usianya masih SD, di usia seperti mereka harrus kehilangan sosok ayah yang mereka cintai. Kedua anak om saya menangis tersedu-sedu, saya hanya bisa menenangkannya. Sedangkan istrinya, tante saya hanya bisa menangis dan terdiam..
Silih berganti orang datang menuju rumah duka....
Silih berganti meratapi kesedihan...
Disitu juga saya sangat merasa kehilangan dan takut sekali akan kehilangan orang tua.
Ayah atau pun ibu saya.
~~
Pukul 13.30, kakek dan nenek saya selaku orang tua om saya datang...
Kakek saya orang yang tegar, beliau hanya bisa melihat dan mendoakan. Saya tau, dibalik senyuman kakek ada rasa duka yang mendalam. terlihat dia duduk dan mengajikan surat yasiin kepada almarhum.
Lain dengan nenek saya,beliau langsung nangis dan menjerit. Sontak saya yang menggopongnya dan menahannya agar tidak jatuh.
Ya Allah..............
Ujian yang tak terduga.
Benar-benar tak terduga.
Masih tak bisa merasakanlebih jauh, dimana bulan Januari ini di awal pembuka tahun 2017 mereka sudah kehilangan sosok yang dicintai...
Semua berubah, sudah tak lagi sama. Kenangan selama bertahun-tahun dengan beliau masih tersimpan jelas di memori. Dari sini, saya sadar dan semakin mempersiapkan kematian. Kematian datang kapan saja dan kepada siapa saja.Tak peduli apakah dia tua atau muda, anak-anak atau dewasa. Ketika Allah berkehendak, maka terjadilah.
0 komentar