Psikoedukasi Teori Perkembangan
23.42.00
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN BAHASA ANAK DAN KEPRIBADIAN MASA TUA
-----
Haiiii........ di postingan kali ini saya akan membahas sebuah project salah satu tugas mata kuliah Teori Perkembangan. Nahhh, di salah satu tugasnya itu sekelompok bertujuh orang membuat sebuah psikoedukasi dengan materi terkait yang sasarannya adalah masyarakat luas namun non-pelatihan.
Disini... saya dan kelompok saya membuat sebuah poster berhubung mendapat materi teori perkembangan bahasa Noam Chomsky dan kepribadian masa tua Robert Peck. yhaa meskipun sebelumnya sempat bingung dengan apa konten yang saya isi di dalam poster.
Okeee, back to the topic^^
Berikut ini beberapa penjelasan mengenai kedua poster tersebut.
1. Teori Perkembangan Bahasa Noam Chomsky
Noam Chomsky (1974) adalah salah satu tokoh dari
aliran nativisme yang mengungkapkan tentang bahasa dan perkembangannya. Menurut
Chomsky, perkembangan bahasa bersifat instingtif, karena perkembangannya
dipengaruhi faktor biologis atau genetika manusia. ia mengungkapkan bahwa
faktor lingkungan tidak mempunyai pengaruh dalam bahasa, namun lebih kepada
proses biologis yang sejalan dengan program genetis yang dijalankan dan
lingkungan hanya membantu proses pemberian makna yang ada atau mematangkan
bahasa yang dimiliki. Bahasa pun dapat dikuasi seorang anak dengan singkat dan
tidak bergantung dengan latihan seperti pendapat teori behaviorisme. Selain
Chomsky, tokoh lin yang sependapat dengan aliran nativisme adalah Howe (1993),
Maratsos (1983), dan Miller (1981).
Bahasa sendiri memiliki pengertian suatu bentuk
komunikasi yang dilakukan baik dengan cara diucapkan, ditulis atau diisyaratkan
yang didasarkan pada sebuah simbol dan terdiri dari kata-kata yang digunakan
oleh seseorang untuk memvariasikan dan mengkombinasikan kata-kata tersebut.
kemampuan untuk berkomunikasi dan memahami bahasa melibatkan sebuah peralatan
vokal dan kerja sama antar syaraf. Sejumlah peneliti dan ahli bahasa
mengungkapkan bahwa ada persamaan bagaimana anak-anak di dunia memperoleh
perkembangan bahasa dan kemahirannya dengan melibatkan proses biologis.
Terdapat bukti yang mendukung proses perkembangan bahasa dari bagian otak yang
dinamakan broca yang bertanggung jawab atas pemrosesan kata-kata
dan berada di bagian lobus frontal kiri serta daerah wernicke
yang berproses dalam pemahaman bahasa dan berada di daerah hemisfer sebelah
kiri. Masing-masing daerah apabila mengalami kerusakan akan mengurangi
kemampuan berbahasa, seperti di daerah broca akan mengalami
kesulitan dalam proses menghasilkan kata-kata secara tepat dan di daerah wernicke
akan mengalami pemahaman yang buruk terhadap bahasa.
Noam Chomsky pun pada tahun 1957 mengungkapkan bahasa
adalah bekal yang terdapat di otak sebagai bagian dari faculties of mind.
Dia yakin bahwa evolusi biologis tidak dapat ditolak untuk membentuk manusia
linguistik. Dengan teorinya tersebut ia mengemukakan bahwa manusia terikat
secara biologis untuk mempelajari bahasa, dan anak-anak dilahirkan dengan
sebuah alat penguasaan bahasa yang disebut dengan LAD (Languange Acquisition
Device)—istilah yang menggambarkan suatu perlengkapan biologis anak yang
memungkinkan untuk mendeteksi ciri dan ketentuan bahasa yang mencangkup
fonologi, semantik, dan sintaksis)[1]
otak mampu menganalisis bahasa dengan bekerja diluar sistem, contoh anak
menangkap kemampuan memahami bunyi-bunyi yang ada di alam dan membentuk kata
jamak disertai dengan “tag questions”
Hal tersebut menjelaskan mengapa anak dengan mudah dan
cepat memahami dan menggunakan bahasa secara kreatif dan benar tanpa secara
resmi mengetahui aturan bahasa tersebut. Terdapat beberapa perkembangan bahasa
menurut Noam Chomsky yang merupakan perkembangan teori Roger Brown. Adapun
beberapa tahapan itu adalah:
1.
Early
Languange/
Bahasa awal (0-1 tahun)
Dimulai
dari sejak lahir. Bayi telah diperkenankan dengan bahasa. Mereka
mengkomunikasikan bahasa dengan gerakan tubuh dalam merespon speech, dan
bayi sangat sensitif terhadap ritme dan nada. Pada usia satu bulan, bayi mulai
mendeguk dan mendengkur. Sedangkan usia 6 bulan sampai dengan satu tahun mereka
menggunakan bahasa babbling seperti “ba ba ba” “da da da” (Sachs, 1974)
sebagai bahasa reaktif terhadap pembicaraan orang dengan memberikan reaksi.
Bayi pun bermain dengan musik dan babbling sesuai dengan iringan musik.
2.
Halofrastik
/ Kalimat satu kata (1-1,8 tahun)
Pada
usia sekitar satu tahun, anak mulai mengucapkan kata-kata pertama. Satu kata
yang diucapkan oleh anak-anak tersebut merupakan implementasi psikologis dan
visional yang mencangkup mau tidaknya terhadap sesuatu. Contoh: “kue” yang
dapat berarti “aku mau kue” , “ada kue”. Satu kata ini dapat berupa perintah,
penolakan, pemberitahuan dll. Untuk mengerti apa yang anak maksud, sebagai
orang tua metode yang tepat harus mengobservasi dan mamahami dengan apa yang
dikerjakan anak pada waktu itu. Intonasi pun mendukung apakah anak itu
memerintah, menolak, atau hanya memberi tahu.
3.
Tahap
kalimat dua kata (1,8 – 2 tahun)
Dengan
bertambahnya pembendaharaan kata dari lingkungan, dan ditambah bertambahnya
fungsi-fungsi kognitif anak. Kalimat kedua ini muncul sebagai perluasan ketika
anak mengerti terhadap sebuah kejadian dan mencoba untuk mengekspresikannya dan
terjadi ketika anak berusia sekitar 1 setengah tahun atau 18 bulan. Misalnya,
makna kepemilikan (baju ibu), makna sifat (hidung mancung). Namun pada tahap
ini kata kerja yang digunakan tidak mencangkup jumlah dan waktu.
4.
Tahap
perkembangan tata bahasa (2 –5 tahun)
Yang
terlihat dari tahap ini adalah keterampilan anak dalam mengadakan sebuah
diferensiasi ketika menggunakan kata-kata dan kalimat. Secara garis besar
perkembangan itu adalah:
a. Pada
akhir periode secara umum anak telah menguasai bahasa ibu dan mengetahui
hukum-hukum tata bahasa yang lebih pokok.
b. Perkembangan
fonologi telah berakhir. Namun masih terdapat kesulitan pengucapan konsonan
yang sedikit kompleks.
c. Pembendaharaan
kata mulai berkembang sedikit demi sedikit. Adanya pembedaan antara kata benda
dan kata kerja dalam pemakaiannya. Yang ditandai dengan berbagai kata depan,
kata ganti, dan kata kerja bantu.
d. Bahasa
sebagai fungsi komunikasi benar-benar telah berfungsi. Pengalaman anak mulai
dibagikan kepada orang-orang terdekatnya.
e. Perkembangan
morfologi mulai terjadi yang ditandai dengan kata jamak, perubahan akhiran,
perubahaan kata kerja dan lain-lain.
5.
Transformasi
atau Tahap Perkembangan Tata Bahasa Menjelang Dewasa (5-10 tahun)
Pada
masa ini tata bahasa seorang anak berkembang secara pesat. Seorang anak
mengalami sebuah perubahan melibatkan gabungan kalimat yang sederhana. Terdapat
penelitian dari A. Karmiloff Smith yang mempelajari tentang bahasa anak-anak
sekolah (1979) yang mengungkapkan usia anak 5 – 8 tahun muncul ciri-ciri yang
khas pada bahasa anak dengan mengerti kemampuan untuk mengerti hal – hal
abstrak . ketika anak telah memasuki usia 8 tahun, bahasa telah digunakan
sebagai alat yang benar-benar penting untuk proses penyampaian pikiran. Usia
ini merupakan usia yang sangat penting dalam kemampuan kompleks tata bahasa (C.
Chomsky, 1969).
6.
Tahap
kompetensi lengkap (11 tahun – dewasa )
Pada akhir masa anak-anak kemampuan
berbahasa sudah cukup matang. Hingga usia
sekolah pertengahan atau biasa dikenal SMP, keterampilan bicara anak lebih
meningkat, sintaksis lebih lengkap disertai variasi-variasi struktur dan
variasi-variasi kata
Penelitian secara umum tentang sintaksis
setelah tahap dua kata pertama menjadi sangat sulit. Beberapa bukti menjelaskan
bahwa anak dimanapun bisa menangkal kekurangan di berbagai cara berbicara dan
mereka mengatur secara tetap beberapa bagian dari kemampuan berbicara (Slobin,
1973, 1985). Pada saat tahap proses transfromasi, mereka dengan jelas
menggunakan aturan yang berbeda dari bahasa yang satu ke bahasa yang lainnya.
Namun, terdapat gejala umum, seperti struktur bahasa yang saling bergantung
yang terkadang membentuk membatasi aturan sebuah bahasa.
"Nah sampai sini, bu ibu harus memahami bahwasanya perkembangan bahasa anak beda-beda."
2. Teori Perkembangan
Kepribadian Robert C. Peck
Berawal dari teori perkembangan yang
dikemukakan Erik Erikson, dimana teori ini membagi perkembangan kepribadian
menjadi delapan tahap tugas perkembangan dengan menekankan korelasi
psikososial, muncul lagi sebuah teori mengenai tugas-tugas perkembangan yang
dihadapi pada masa tua baik untuk laki-laki maupun perempuan. Teori ini
dikenalkan oleh Robert C. Peck dalam tulisannya yang berjudul Psychological Developments in The Second
Half of Life (1956).
Didasari dari tahap akhir
perkembangan Erikson yaitu Integrity vs
Despair (integritas vs keputusan), teori ini mencoba mengembangkan tugas
perkembangan setelah masa tua yang dalam teori Erikson disebutkan bahwa pada
masa ke delapan, sesesorang akan lebih cenderung untuk melakukan life review. Namun Peck menganggap bahwa
tahap ke delapan Erikson masih terlalu general untuk menyimpulkan tahap akhir
perkembangan seseorang. Peck meyakini bahwa tahapan pada paruh kedua kehidupan
yaitu setelah umur 30-40 tahun sangat penting untuk dibagi lagi menjadi sesuatu
yang lebih spesifik sebagai pembelajaran dan penyesuaian selanjutnya. Peck juga
beranggapan bahwa masa-masa penting justru terjadi antara masa pertengahan (middle age period) dan masa tua (old age period).
a. Middle
Age
Tugas perkembangan pada
masa ini meliputi 4 aspek yaitu,
1. Valuing
Wisdom vs. Valuing Physical Powers
Salah satu hal tidak dapat dihindari bertambah tua
adalah melamahnya kemampuan fisik, stamina, serta daya tarik. Namun seseorang
yang telah berada pada paruh kedua kehidupannya biasanya telah melewati banyak
pengalaman sehingga mampu berfikir secara bijaksana akan perubahan yang ia
alami. Dalam tugas perkembangan ini sebagian orang yang telah memasuki usia
pertengahan akan merasa depresi, minder, bahkan kurang bahagia karena
mengetahui bahwa ia semakin menua. Namun disisi lain orang-orang yang berhasil
pada tahap ini akan merasa biasa saja bahkan mereka berusaha untuk mengatasi
keadaan ini dengan lebih menggunakan kekuatan pikiran mereka ketimbang fisik
mereka. Itulah mengapa Peck mengklasifikasikan orang-orang semacam ini pada
tahapan Valuing Wisdom vs. Valuing
Physical Powers, karena pada tahap ini seseorang perlu meningkatkan
kebijaksanaan mereka untuk memahami bahwa kekuatan fisik mereka semakin
berkurang.
2. Socializing
vs. Sexualizing in Human Relationships
Pada bagian tugas perkembangan ini, seseorang yang
dewasa paruh baya menganggap lawan jenisnya bukan lagi sebagai objek seksual
melainkan sebagai pendamping atau teman dekat. Seseorang akan lebih melihat
orang lain sebagai individu yang unik dan sebagai atribut untuk dihargai.
Disaat seseorang telah mengambil langkah positif seperti ini, maka elemen
seksual akan menurun secara drastis.
3. Cathectic
Flexibility vs Cathectic Impoverishment
Tahap ini disebut juga sebagai tahap fleksibilitas
emosional. Pada tahap ini seseorang memiliki kemampuan untuk melakukan
manajemen emosi terhadap satu orang dengan orang lainnya dan dari satu
aktivitas ke aktivitas lainnya. Tahap ini terjadi secara lebih krusial pada
masa dewasa paruh baya dibanding masa awal, karena pada masa ini sebagian orang
mulai merasakan kehilangan orang tuanya, anak-anak mereka tumbuh dan
meninggalkan rumah, dan teman-teman mereka satu persatu mulai pergi.
Namun di sisi lain, pada masa ini seseorang memiliki
sebuah hubungan yang sangat luas di dalam komunitasnya. Kebanyakan dari mereka
mulai meraih penghargaan baik formal maupun informal sebagai orang yang
berpengalaman dalam bidang mereka.
4. Mental
Flexibility vs Mental Rigidity
Pada tahap ini seseorang yang memasuki usia paruh baya
mulai mencari perualangan-petualangan untuk menambah pengalaman mereka. Banyak
dari mereka yang bertindak didasari pada pengalaman mereka sehingga keputusan
yang mereka ambil lebih bijaksana. Namun pada tahap ini juga seseorang akan
melalui masa dimana mereka lebih tertutup pada ide-ide baru dan cenderung kaku
dalam mempertahankan perilaku dan opini mereka.
b. Old
Age
Tugas perkembangan pada
masa ini meliputi 3 aspek yaitu,
1. Ego
Differentiation vs Work-Role Preoccupation
Menurut Peck, orang dewasa lanjut perlu mendefinisikan
kembali peran-perannya secara berbeda dengan peran di pekerjaan mereka.
Seseorang pada masa ini akan mulai beralih pada aktivitas-aktivitas pengganti
yang akan sesuai dengan kemampuannya dan juga bermanfaat bagi mereka. Pada masa
inilah perbedaan ego ditekan agar seseorang dengan usia lanjut mampu memahami
keterbatasannya.
2. Body
Transcendence vs Body Preoccupation
Pada tahapan ini seseorang pada masa dewasa lanjut
harus mulai mengurangi aktivitas fisik yang berat. Bagi sebagian orang pada
masa ini yang masih sangat memedulikan masalah fisik akan merasa putus asa.
Namun bagi sebagian yang lain, yang berhasil melewati masa-masa ini, mereka
akan mulai mencari kebahagiaan dan kenyamanan yang lain daripada memikirkan
masalah penuaan mereka. Orang pada masa dewasa lanjut ini akan lebih banyak
mengembangkan hubungan antar manusia di sekitarnya.
3. Ego
Transcendence vs Ego Preoccupation
Pada masa-masa awal kehidupan, kematian seolah seperti
sesuatu yang datang secara tiba-tiba. Namun pada orang yang berusia lanjut,
kematian adalah sesuatu yang pasti akan datang. Pada masa ini seseorang akan
mengurangi ego dan kesombongan dirinya sebagai persiapan untuk kematian. Orang
yang berada pada masa ini akan mulai manyadari hal-hal apa saja yang telah ia
berikan bagi keluarga, kerabat, pekerjaan, serta lingkungannya. Menurut Peck,
seseorang dinyatakan sukses melalui tahapan terakhir ini adalah mereka yang
mampu melakukan segalanya demi kehidupan yang lebih baik bagi keluarga dan
lingkungannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Association of Academic Health Center. Speech and
Languange Delay Disorder. Available at: http://www.med.umich.edu/yourchild/topics/speech.htm.
Diakses pada 22 Maret 2017
Crain, W. (2014). Pearson New International Edition
Theories of Development. USA: Pearson Education Limited.
Lemeiteiynan, H. Languange
Acquistion. Available at: https://www.simplypsychology.org/language.html.
Diakses pada 22 Maret 2017
Neugarten,
B.L. (1968). Middle Age and Aging: A Reader in Social Psychology. University
of Chicago Press
0 komentar