Aku, kamu, dan kita semua sama.

07.38.00



Edisi berkunjung ke Rumah Sakit Jiwa  Dr. Radjiman Wediodiningrat, Lawang Malang Jawa Timur.
.
.
Pagi itu sekitar pukul 04.30 WIB hari Selasa, 8 Mei 2018, semua mahasiswa telah bergegas dan berkumpul untuk berangkat menuju lokasi. Kami, sebagai mahasiswa psikologi sangat beruntung karena bisa praktek kerja lapangan (PKL) ke salah satu rumah sakit jiwa rujukan di Jawa Timur, yaitu RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat. Awalnya, terdapat keterlambatan dalam pemberangkatan sehingga kami harus menunggu kurang lebih 1 jam. Alhamdulillah, selain itu tidak ada hambatan dan kami bisa sampai di lokasi dengan waktu yang diharapkan. 
.
.
Kunjungan kami ke RSJ adalah untuk memenuhi tugas akhir salah satu mata kuliah yaitu Psikopatologi. Jumlah kami sekitar 200 orang. Masing-masing kelompok dari kami diarahkan untuk menggali data sebanyak mungkin melalui observasi dan wawancara. Saya sendiri telah menyusun pedoman wawancara untuk ditanyakan kepada caregiver. 
.
.
.
Sesampainya di lokasi, kami langsung diberi pengarahan oleh dosen dan petinggi RSJ. Salah satunya mengenai kesehatan jiwa di masyarakat dan bagaimana persyaratan untuk berobat di RSJ


.
.
Setelah diberi pengarahan, kami dibagi menjadi beberapa kelompok dan tiap kelompok didampingi oleh satu pemandu dan asisten dosen. Sebut saja namanya Pak 'A', beliau memberikan penjelasan dan memandu kelompok kami untuk berkeliling di RSJ RW. Ketika dalam perjalanan keliling ke pusat rehabilitasi, di kanan kiri terdapat ruangan - ruangan yang membuka mata hati saya. 
Pagi itu, jendela di ruangan pasien dibuka lebar dan pasien memulai untuk melakukan aktivitasnya pagi hari. Salah satu yang memikat perhatian saya adalah, mereka sangat senang dan terbuka dengan kehadiran kami. Ada salah satu pasien yang hinggap di jendela dan ketika melihat kami semua, dia menyapa dengan teriak senangnya. Hati saya langsung terenyuh.....
.
.
Kami dibawa ke salah satu ruang tahap seleksi, okupasi, ruang kerja pengarahan dan percobaan. Tahap okupasi adalah proses saat ODGM melakukan proses rehabilitasi yang dapat membangkitkan aktivitas - aktivitas yang membangkitkan kemandirian secara manual, rekreatif, dan kreatif.   Masing - masing ruangan dipenuhi oleh ODGM yang sibuk dengan aktivitasnya. Di dalam ruangan pengarahan dan percobaan, pada laki-laki mereka banyak aktivitas yang merangsang motorik seperti menanam dan berkebun, dan membuat kerajinan - kerajinan seperti kemucing dan keset. Sedangkan di ruang pengarahan dan percobaan wanita kebanyakan mereka diajarkan keterampilan seperti menjahit dan merangkai sesuatu. Hasil kerajianan mereka dipamerkan dan dipasarkan di pasar hasil rehabilitasi. Sangat menarik bukan?
.
.
salah satu aliran dalam psikologi yaitu humanistik, kita harus memanusiakan manusia. Menurut saya tempat ini sangat layak dimana mereka mempunyai prinsip "We cure with love". Melayani dengan sepenuh hati karena "aku, kamu, kita sama" :))


Salah satu yang membuat saya teringat akan keluarga adalah, kebanyakan besar pasien berusia dewasa dan lansia. Umur mereka seperti ayah, ibu, kakek dan nenek. Jujur saya, selama disana saya sangat penasaran dengan keseharian mereka dan apa yang melatar belakangi mereka bisa dibawa ke RSJ ini. Saya pandangi wajah mereka dan mencoba tersenyum, ada yang merespon senyum kembali dan ada yang tetap dengan padangan murungnya. Ada yang duduk menyendiri dan tidak ingin bergabung dengan pasien yang lain. Dipikiran saya selalu tergambar "kemanakah keluarga mereka selama ini.... sejauh apa mereka telah menangani coping stress sendiri sehingga menjadi penyandang odgm...."

Salah satu pasien yang menarik perhatian saya adalah bapak-bapak yang usianya sekitar 60 tahunan. Muka beliau tidak seperti orang pribumi. Dia terlihat seperti bule...
Saat kami sedang menggerombol untuk melakukan wawancara terhadap caregiver dengan subjek yang lain. Bapak tersebut terlihat duduk disebelah kami dan tidak sengaja bertatapan mata dengan saya. Saya lantas memberikan senyum balik namun beliau menunjukkan muka murung. Salah satu caregiver menanyakan kepada dia "what do you feel" and then he replied, "i feel overwhelmed with that girl". Seriously dia menunjuk ke arahku, dan jantungku langsung berdegup kencang... saya pun memberikan senyum kembali kepada dia dan dia pun akhirnya membalas senyum saya. Disitu saya sangat merasa dihargai sebagai seorang tamu.
.
.
Meskipun pasien memiliki latar belakang yang berbeda-beda, namun yang perlu saya pahami dan garis bawahi disini adalah "peran keluarga dan significant others sangat kuat". Mereka sangat butuh untuk didukung, didengar, dan diperhatikan. Meskipun kita sebagai orang yang sehat baik secara fisik maupun jasmani, ketika kita berbicara dengan mereka dan kita tidak paham dengan topik pembicaraan, kita hanya perlu mendengarkan. Dengan mendengarkan mereka bercerita saja, kita dapat membantu membangkitkan semangat karena mereka merasa keberadaannya diakui. Secara garis besar, mereka sadar bahwa mereka mengalami sakit mental. Tugas kita adalah mendukungnya dan memberikan kemampuan terbaik yang kita miliki untuk membantunya.
.
.
.
Lanjut dari kegiatan observasi dan wawancara, kami lanjut untuk melihat-lihat artefak di museum RSJ RW. Banyak cerita tentang sejarah bagaimana RSJ RW terbentuk dan apa saja alat - alat yang digunakan oleh dokter - dokter disana hingga yang membuat saya kagum adalah karya - karya lukisan odgm dan ods (orang dengan skizofrenia). Lukisan - lukisan mereka mempunyai arti yang beragam yang mempresentasikan dirinya. Berikut adalah hasil-hasil lukisan odgm.



Sekian dari sedikit cerita tentang kunjungan ke RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Pengalaman berharga ini tak akan saya lupakan. Sangat beruntung dan bersyukur dapat belajar ilmu psikologi dan mengetahui problem - problem yang ada di masyarakat.




Malang, 8 Mei 2018
with love,
hafnivanryn

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images